Bisnis

Wara-Wiri Wirausaha (2-selesai)

 

Peran Perbankan
Berkembangnya UKM di Indonesia belakangan ini juga tidak lepas dari peran industri perbankan dalam menyediakan kredit mikro. Fasilitas tersebut sangatlah dirasakan manfaatnya bagi pelaku usaha mikro yang membutuhkan tambahan permodalan. Semakin mudah akses pelaku usaha ini ke sumber – sumber permodalan, akan semakin besar pula multipliereffect terhadap lingkungan di sekitarnya.
Meski prosesnya cukup lama dan memerlukan kelengkapan administrasi, pinjaman modal di perbankan memiliki karakter yang berbeda dibandingkan dengan pihak non-perbankan. Bagi sektor perbankan penyalur kredit mikro pembinaan kepada pelaku usaha adalah kewajiban. Dengan kegiatan itu, komunitas binaan tentunya akan ikut memahami beragam layanan yang ditawarkan bank untuk menunjang usaha mereka.
Dalam konteks ini, seperti ibu-ibu yang menjadi kelompok binaan Bank Mandiri di Yogyakarta yang memilih usaha menanam tanaman herbal. Bank Mandiri juga melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) sebagai upaya untuk terus mengembangkan basis nasabah mikro.

Di satu sisi, kebutuhan modal tidak selamanya langsung mendapat respon perbankan, sehingga membutuhkan sumber-sumber pendanaan murah dari pihak lain, terutama tanpa bunga agar bisa menjalan usahanya. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah mengajukan pinjaman ke sanak saudara dan anggota keluarga lain. Meskipun tidak dalam jumlah besar, dana ini termasuk dana murah.
Sumber dana lainnya adalah arisan. Arisan merupakan upaya mengmpulkan uang dari para anggota secara berkala dan uang yang terkumpul itu dibagikan secara bergilir kepada para anggota yang telah menyetorkan uangnya.
Sesudah itu, terbatasnya pinjaman dana bunga membuat masyarakat utamanya pelaku usaha mikro mengarahkan pilihan kepada sumber pendanaan lain: rentenir. Proses kredit yang cepat dan pleksibel menjadi pilihan pelaku usaha kecil mengajukan pinjaman ke rentenir. Pelaku usaha itu tak terlalu mempedulikan besaran bunga. Yang penting, kebutuhan dana tecukupi dalam waktu singkat.

Baca Juga :  Bill Gates Antara Edukasi dan Marketing (2)

Dari buku Mikro Mandiri Membangun Negeri, tulisan Bambang Jatmiko (2015), menyebutkan, sejumlah hasil penelitian yang dilakukan oleh akademisi lokal dan internasional pada era ‘70-‘80an menemukan rentang besaran bunga pinjaman dari rentenir antara 10% hingga 60% per bulan! Sementara, untuk kredit dengan tenor harian, bunganya bisa jauh lebih tinggi!
Dalam hubungan ini, apapun modal yang didapat seorang wirausaha tergantung pula pengelolaanya. Secara teori ilmu ekonomi hal ini masuk ke dalam item mengelola modal kerja. Caranya, yaitu memahaminya ke dalam pengelolaan kas yang efektif. Pengelolaan yang tepat akan mampu memperbesar usaha.

Selain itu, bagi wirausaha kreatif yang baru memulai usaha atau sudah memulai usaha dapat memanfaatkan jasa konsultan dalam pengelolaan modal awal. Secara kuantitas pula, pemerintah telah menyediakan jasa konsultan gratis yang pada umumnya berada di Dinas Koperasi dan UMKM. Harapan lain, dengan kemajuan di bidang usaha akan menjadi best practice bagi wirausaha lainnya.

Adapun kesimpulan yang dapat dipetik dari peran perbankan antara lain, perbankan merupakan salah satu institusi pemerintah yang memiliki komitmen memnbesarkan pelaku UMKM. Dalam 10 tahun terakhir perbankan telah serius dal

Baca Juga :  RRI Mataram Gelar Dialog Luar Studio di Museum

am memperbesar layanan mikronya serta terus memperbaiki layanan. Dengan demikian, ini menjadi chance bagi seorang wirausaha dan entrepreneur untuk mendulang dana.
Pelaku usaha kecil dalam memperbesar usahanya harus pula memikirkan upaya yang kreatif dan sesuai dengan koridor jenis usahanya, seperti kemampuan modal dan penciptaan produk yang menyesuaikan. Di bidang pertanian, hal ini sangat relevan, karena untuk usaha pertanian mata rantai produksi tidak harus berhenti di satu produsen, melainkan dapat dilanjutkan dengan produsen lain. Konsentrasi bahan baku usaha di Kampung A (imajiner) dapat dilanjutkan dengan pengadaan bahan baku lainnya di Kampung B, sehingga tidak terjadi penumpukan atau tumpang tindih.

Pembelajaran pengelolaan modal sedianya dapat dimulai dari perguruan tinggi melalui Mata Kuliah Kewirausahaan. Selain itu, melalui seminar pelaku bisnis atau berdiskusi dengan pengusaha yang sudah lebih dahulu terjun ke dunia usaha. Selamat berwirausaha atau berwiraswasta! Tabik! (A. Santhosa)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *