HeadlinesWisata

Sejarah Makam Keramat, Segampang, Suangi, Lombok Timur, Kediaman Sang Sayyid Abdullah

Rumah tempat atau semayam Sang Sayyid

RADIO SINFONI, Lombok Timur — Desa Suangi, Kecamatan Sakra, Lombok Timur, memiliki sisi indah bagi penikmat perjalanan dengan suguhan-suguhan b
hijau persawahan dan bukit yang menjulang. Butuh waktu sekitar dua jam untuk sampai ke Suangi dari Mataram, tergantung kecepatan berkendara. Desa Suangi menyimpan sejarah religi, mengenai makam yang sering didatangi oleh orang-orang sekitar maupun orang-orang dari luar daerah, yaitu Makam Segampang yang menjadi situs budaya. Setelah sampai di Suangi, Makam tersebut berada di sebelah kanan jalan, ditandai gapura besar, sehingga mudah untuk dijumpai. Untuk naik, pengunjung melewati jalan yang cukup terjal.

Setelah tiba di atas, pengunjung akan menemukan beberapa rumah salah satunya rumah Pemangku atau Penunggu. Pengunjung perlu menaiki beberapa anak tangga untuk mencapai Makam Keramat tersebut, di area Makam pengunjung disuguhkan dengan sejenis rumah yang beraorma wewangian. Di dalam rumah itulah sang Sayyid dimakamkan. Di sekitarnya, pengunjung bisa melihat bangunan-bangunan yang kokoh dari zaman belanda masih terjaga sampai sekarang. Tak jauh dari rumah tersebut ada batu pipih besar yang tertanam bersebelahan dengan pohon yang sekarang sudah di pagar.

Sejarah Makam keramat ini, konon katanya ada Wali Allah yang berasal dari Mekkah namanya Syekh Sayyid Abdullah, datang untuk menyebarkan agama Islam ke Lombok.

Tempat batu besar yang pipih

“Banyak cerita, dikira dari Irak tapi dalam petunjuk beliau dari Mekkah,” ujar Amak Mus, selaku Pemangku, Jum’at, (20/4/2023).

Sykeh Sayyid selain berdakwah juga diselingi berdagang kain-kain, minyak wangi. Tidak hanya menyebarkan agama Islam di wilayah Lombok Timur, Syekh juga menjelajahi Lombok Barat, Lombok Tengah, dan beberapa wilayah sekitar.

Baca Juga :  UIN Mataram Kukuhkan Guru Besar Bidang Kebijakan Publik dan Pendidikan

Dalam perjalanan berdakwah dan berdagang, Syaikh Sayyid tiba-tiba menghilang yang membuat sahabat dari kalangan Wali Allah mencari keberadaan Syaikh Sayyid Abdullah.

“Salah satu petunjuk mendatangi para sahabat agar mencari Syaikh di Hutan dengan menggunakan kuda, nanti dimana kuda itu berhenti carilah di sama,” sambungnya.

Setelah mendapatkan petunjuk para Wali Allah pun pergi kehutan menaiki kuda, selama tiga tahun Syaikh Sayyid menghilang dan selama itu pula terjadi musim kemarau yang berkepanjangan menimpa di daerah tersebut. Selama pencarian para Wali Allah memasuki tengah hutan dan menemukan kekuang yang kecil atau telaga di daerah sana. Ketika kuda mendekati kekuang tersebut kuda itupun berhenti, dan para Wali memanggil masyarakat sekitar untuk membantu menggali kekuang, sekitar satu meter jasad Syaikh Sayyid Abdullah ditemukan dengan keadaan utuh, bersih, dan semakin baru hanya nyawa yang tidak ada.

Setelah mengangkat jasad sang Sayyid, Sahabat dan masyarakat kebingungan di mana tempat dimandikan. Masyarakat mencari sumur di sekitaran kekuang tersebut dan menemukan sumur yang dinamakan lingkok jerujuk, setelah dimandikan Para Wali dan masyarakat lagi-lagi kebingungan di mana tempat di semayamkan sang Sayyid, mencari beberapa gunung untuk di semayamkan tapi ketika keranda mengarah dari gunung satu kegunung lainnya keranda tersebut jatuh, dan itu berlangsung beberapa kali akhirnya ketiaka diarahkan keatas gunung mungkir Dono akhirnya kerandangan bisa dibawa.

Di atas gunung mungkir Dono, ditemukan batu besar datar mereka tidak mengetahui dari mana asal batu bagus tersebut, sebelum di semanyamkan sang Sayyid ditidurkan di atas batu tersebut. Setelah itu baru dicarikan tempat dan masyarakat mengatakan di sini tempat dimakamkan biar gampang (mudah).

Baca Juga :  Seribu Pesona di Pulau Seribu Masjid

Dari sana dinamakan Makam Segampang, selain cerita kisah sang Sayyid makam ini dipercaya sebagai tempat berziarah.

“Jadi menurut keturunan penjaga siapapun yang berniat baik-baik berhajat atau ziarah silaturahmi kesini dengan syarat yakin maka akan dimudahkan atau digampangkan,” tutupnya pemangku.

Tidak hanya tempat berziarah meminta do’a, disekitaran batu tempat di istirahatkan sang Sayyid ada pohon yang biasanya masyarakat mengikat apa nazarnya dan batu tersebutt di percaya bisa mengobati sakit rematik atau pegal-pegal.

“Iya batu itu dipercaya bisa tempat berobat juga, ada pohon juga di batu itu, sekarang udah di bikinin pagar dengan tembok,” ucap H salah satu warga sekitar.

Ritual yang bisanya dilakukan oleh masyarakat sekitar ketika memiliki nazar, maka masyarakat tersebut akan memtong sapi atau kambing dan akan zikiran dimakam tersebut. Tempat tersebut sudah difasilitasi Aula, MCK, dan fasilitas lainnnya serta mendapatkan dukungan dari pemerintah.

Penulis dan Foto-foto: Japriani.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *