Awal Kebangkitan Kaum Cendekiawan Muslim Indonesia
Latar belakang akun twitter ICMI. Foto: @ICMIPusat
Sejarah bagi sebagian orang menjadi dorongan untuk ke masa depan. Tidak sedikit seseorang atau kelompok kemudian mengeklaim diri lahir berdasar untaian sejarah yang terjadi di satu negara. Jika penglihatan itu tertuju pada sejarah pendirian ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), maka organisasi Islam ini telah mengawali identitas Islam yang modern. Identik dengan BJ Habibie, menteri di Kabinet Pembangunan V pemerintahan Presiden Soeharto.
BISNISNTB.info–Sejarah pun pada faktanya mampu membentuk wawasan seseorang dalam memilih, menggunakan atau mengonsumsi sebuah produk. Apakah produk dalam bentuk barang atau layanan jasa. Sehingga, tidak heran, produk – produk yang dihasilkan oleh industri saat ini didorong oleh daya konsumsi generasi yang lahir antara 1989-1993. Bila seorang muslimat, maka generasi Muslim tersebut memiliki pengalaman yang tidak jauh dari fakta untaian sejarah yang terjadi saat memasuki usia remaja. Fakta-fakta tersebut menimbulkan kecenderungan untuk berpikir, mencipta dan mengonsumsi sebuah produk kebutuhan sehari hari.
Kedewasaan generasi Muslim yang lahir di rentang 1989-1993 ditandai terbentuknya ICMI (1990). ICMI didirikan berangkat dari keprihatinan para intelektual Muslim Indonesia terhadap kondisi umat Islam yang antara lain dihinggapi polarisasi dalam kepemimpinan umat (Mr. Crack Dari Parepare, Republika, 2018). ICMI lahir dari simposium yang digagas Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Yakni, Erik Salman, dan Ali Mudhakir yang menggagas penyelenggaraan simposium sekaligus membentuk ICMI. Dibentuknya ICMI agar organisasi ini mampu melawan kemiskinan dan kebodohan. Sebagaimana pidato BJ Habibie di tengah Simposium Nasional Cendekiawan Nasional di Malang, Desember 1990. “Tidak untuk peperangan (militer), tapi fighting againts poverty (perang melawan kemiskinan) dan kebodohan, untuk seluruh bangsa tak ada terkecuali, dengan umat Islam di garis depan.”
Sampai saat ini, pengurus Pusat ICMI telah beberapa berganti Ketua Umum. BJ Habibie sendiri telah dua periode menjabat sebagai ketua ICMI. Di daerah, sejumlah pegiat ICMI banyak memilih jalan sendiri. Sebagai akademisi atau rerjun ke politik kewarganegaraan. ICMI dalam refleksi pegiatnya telah membawa puluhan ribu anak-anak bangsa yang kurang mampu tetapi cerdas mendapat beasiswa dari Orbit, sebuah lembaga sosial milik ICMI.
Selanjutnya, pada beberapa bidang kegiatan dapat ditemukan tokoh dan aktivis ICMI yang tak lagi memakai identintas ICMI, tetapi memakai identitas profesi dan partai. Namun, bagi generasi Muslim, ICMI adalah Islam wajah baru (Gen M, Yuswohady, Bentang Pustaka, 2017). Berlatar belakang anggota yang rata-rata berpendidikan tinggi dan bekerja di berbagai sektor ekonomi modern: teknokrat, insinyur, ekonom, birokrat, dan budayawan. (AGUS SANTHOSA/*)