Uniknya Desain Arsitektur Rumah di Desa Tradisional Senaru
RADIO SINFONI, Lombok Utara: Rumah Adat Desa Senaru, Bayan, Lombok Utara, menjadi pemukiman pertama yang berada di Desa Senaru dan memiliki keunikan pada bangunan serta makna pada bangunan.
Sebagai desa induk, warga Senaru bertekad tetap mempertahankan ketradisionalan dari rumah adat sebagai penguat kebudayaan Desa Senaru.
Rumah Adat Desa Senaru menjadi salah satu tempat wisata yang berlokasi di tepi Desa Senaru dengan bangunannya yang
khas.
Desain arsitektur rumah misalnya, tiang kayu, dinding bambu, atap ilalang dan fondasi rumah berupa tanah atau batu.
Pada bagian atap terbuat dari ilalang yang sisi panjangnya terikat. Materi atap dengan ilalang berpadu bambu sebagai usuk. Metode ini disebut langgar atau usuk tempat mengikat, sehingga ilalang tidak melorot, melainkan tertahan dengan rakitan.
Selain rumah, ada pula berugak yang berdiri di Desa Senaru. Berugak dengan enam tiang dan mempunyai arti sebagai tempat musyawarah keluarga secara adat.
“Jadi, saat acara ritual, ada khitanan kami gunakan sekenem (enam tiang), kalau seseorang meninggal mayatnya tidak di dalam rumah, tapi di sebelah utara untuk tempat mayat, sebelum dibawa ke pemakaman,” ungkap Nawassim selaku Ketua RT du Desa Senaru.
Lantai rumah-rumah di Desa Tradisional Senaru menggunakan tanah liat. Setelah masuk sentuhan Dinas Pariwisata, terdapat metode lantai terhubung dengan dinding terbuat dari gedek (anyaman dari bilah-bilah bambu) dan tiang bambu. Di pinggir rumah menggunakan pondasi. Teknik yang juga sangat melindungi anggota keluarga saat musim kemarau seperti sekarang.
Rumah Adat Tradisional Senaru terbuka untuk umum, dan menjadi tujuan wisatawan mancanegara, dan domestik.
“Ini unik, di tengah rumah modern, rumah di desa ini masih berguna dan tradisional. Jadi senang melihat orang-orang yang masih tinggal di sini,” ucap Syel dan Alexander, wisatawan mancanegara di Senaru (28/5/2023).
Kontribusi/Kelompok 1 KPI A 2023: Alya Febriana, Anggie Chavila Pasha, Kais Hamdani, Japriani Nurul Hidayah, Khusnul Bayati, Rifa Qufah Umami, Liviana Dwi Putri, Syarifah Salsabila.
Editor: Agus S.
