Dag Dig Dug Kedigdayaan Web Masa Kini
BISNISNTB.INFO, LOMBOK BARAT: Web sungguh digdaya, ujar kebanyakan orang. Kekuatannya mampu menggeser media arus utama format sebelumnya dari sisi kecepatan publikasi dan daya jangkau pembaca. Sungguh hal yang istimewa bagi web, sebab mampu menghadirkan warna primer berseliweran memikat mata. Datang dari sebuah foto atau karya artistik (iklan) milik klien penyokong kreativitas kru web.
Mencermati fenomena di atas, sama halnya menyebut web di atas popularitas media cetak. Lebih-lebih sejak awal tahun 2010 cukup banyak tabloid dan majalah yang gulung tikar, karena “pusing” memikirkan biaya cetak. Meski tidak semuanya benar, pilihan Tabloid BOLA untuk berhenti terbit (2018) melukiskan sulitnya penerbit meraih untung dengan model cetak. Sehingga langkah pragmatis ditempuh guna menjaga modal tidak tergerus. Apalagi untuk hal-hal yang bersifat spekulasi. Lantas bagaimana dengan nasib web ke depan?
Walau optimisme masih harus dipertaruhkan, web setidak-tidaknya telah menjelma sebagai sarana yang ampuh untuk mempublikasikan karya jurnalistik, karya artistik atau sama sekali tidak ada sangkut paut dengan keduanya. Web tetap web, seumpama jadi medium untuk iklan salah satu produk barang dan jasa sekalipun. Dari sisi efisiensi, web mampu memindahkan popularitas media mainstream konvensional. Selain berbiaya murah, web adalah media kekinian, tempat nongkrongnya anak muda Indonesia untuk tahu apa ada yang baru di bawah kolong langit.
Namun, yang mapan pun belum tentu terbebas dari halangan. Rendahnya aksesibilitas web dengan lingkaran generasi muda adalah satu tantangan. Aktivitas anak muda di media sosial sedianya menjadi pelatuk bagi personel web untuk melepaskan berbagai peluru agar mengena sasaran. Peluru identik dengan konten, sedangkan sasaran sama maknanya dengan pembaca.
Kita ingat perkataan praktisi tentang konten, yakni informasi yang menarik adalah informasi yang mudah dimengerti atau yang bisa menerangkan fakta dan data secara gamblang. Maka melalui teknik penulisan yang sistematis akan memudahkan pembaca untuk menikmati rangkaian fakta dan data menjadi cerita. Tidak terkecuali isu yang dikata sebagai isu yang paling dekat dengan pembaca, yakni ekonomi. Sebab kegiatan ekonomi tidak dapat terpisahkan dari kehidupan rakyat. Melalui keaktifan ekonomi yang menguntungkan, maka kesejahteraan bisa terwujud. Pendapat ini pula yang kadang mengilhami seorang pedagang kelontong untuk berjualan. Sungguh kala merugi tetap merasa untung karena bisa mengonsumsi barang dagangan sendiri karena sifatnya yang pokok.
Berangkat dari sini, bisnisntb disusun. Dengan segudang harapan mampu menjembatani diskursus pelaku bisnis. Begitu pun pelaku di wilayah sepi, tapi berkarakter peluang. Untuk itu dan sudah sepantasnya, peluru liputan bisnisntb ke muka diarahkan kepada desainer. Sehingga profesi perancang (misal) semakin terang benderang.
Melalui tugas-tugas itu, bisnisntb harus mampu merambah pergerakan komunitas-komunitas niaga dari tahun ke tahun. Dalam pada itu, menampilkan sosok filantropi, wiraswasta, atas kiprahnya di alam NTB. Pun aktivitas anak muda NTB di ranah kreatif sebagai implementasi kemerdekaan berpikir dan kemerdekaan finansial.
Muhammad Faisal, pendiri laboratorium remaja Indonesia dalam riset yang tertera di buku Generasi Phi, Republika, 2017, menyatakan, globalisasi tidak membuat anak muda Indonesia menjadi individualis tetapi justru semakin kolektif. Perilaku ini diyakini untuk menghindari ketidakpastian, atau uncertainty avoidance. Demikian juga web, seharusnya dihuni kolega yang satu sama lain terus berupaya menjaga subtansi cerita.
Akhirulkalam, selamat membaca, selamat menikmati hidangan ekonomi dan bisnis yang ngepop dan reguler. (A. Santhosa)