Bisnis

Langkah Berani Edi Memungut Telur di tengah Kekayaan Tambang Batu Bara

BISNISNTB.INFO, SAMARINDA: Kelurahan Jawa, salah satu bagian dari Kecamatan Sanga-Sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Dikenal dengan wilayah tambang yang subur. Tahun 2019 ada beberapa tambang khususnya batu bara yang sedang beroperasi. Belum lagi beberapa tambang sebelumnya yang telah tutup. Tidak heran masyarakat Kelurahan Jawa secara khusus lebih banyak menggantungkan hidupnya menjadi pekerja tambang, terutama generasi usia produktif.

Namun, di tengah persaingan masuk tambang, adalah Edi yang justru sengaja menjauh dari tambang dan lebih memilih membangun usaha sendiri, karena kesadarannya bahwa tambang tidak akan selamanya subur. Jika diukur secara penghasilan dan jam kerja. Keberaniannya telah melampaui penghasilannya saat di tambang.

Pagi hari, ketika banyak orang lain melajukan kendaraan ke tambang atau kantor, Edi dengan masker dan roda duanya melaju menuju peternakan ayam petelurnya. Memang, dulu Edi bekerja ditambang selepas lulus sekolah kejuruan. Tepatnya 2011, Edi menjadi salah satu bagian sebuah perusahaan tambang yang kini telah tutup. Edi bekerja sebagai pengatur laju truk untuk menyirami jalanan yang dilalui mobil pengangkut batu bara.

Empat tahun lalu, agaknya menjadi kenangan yang akan selalu diingat. Edi memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak dengan perusahaan tambang manapun. Sengaja mempersiapkan berhentinya dari tambang, Edi sudah mengambil ancang-ancang untuk mulai menjadi saudagar.

Januari 2015, Edi mulai peternakannya dengan 200 ekor ayam, statusnya masih sebagi karyawan tambang. Empat bulan berlalu, ayamnya mulai siap diperas hasilnya, dan saat ini juga berhenti dari tambang. Jadi ketika keluar, Edi sudah berpenghasilan melalui ternaknya, juga mendapat pesangon dari tambang, Lucky Luck!. Edi bisa saja melanjutkan kontraknya dengan tambang, tapi jika dilakukan motivasi ini tidak akan pernah ada.

Baca Juga :  Potensi Usaha Kedai Teh di Loka Karya Hotel Sheraton

Peternakan ayam petelur hanya salah satu usaha yang pernah dirintis lelaki berdarah Jawa ini. Awalnya Dia merintis usaha, gas, plastik, dan ayam petelur. Melihat potensi pasar, yang masih kekurangan stok, sehingga terpaksa harus mengambil telur dari wilayah lain sampai ke Sulawesi dan Jawa, Edi memutuskan tekun memanen telur. Orang tua juga sering dilihatnya beternak kecil-kecilan, pun memiliki kandang kecil. Lengkap sudah alasannya untuk memulai merintis.

Kisah merintisnya dimulai dengan matinya 50 ayam dari total 200 yang dibesarkannya. Lagi, ketika mendatangkan 700 ayam hampir setengahnya mati, karena saat itu ilmunya masih sangat minim. Sempat rekan-rekannya menjadi “kompor” agar Edi kembali bekerja lagi di tambang, tapi tekad menyelamatkannya dari menyerah. Dia memilih jalan terus, dengan belajar mandiri, dan meminta petuah dari orang-orang yang sudah lebih dahulu berhasil pada bidangnya.

Belajar dengan mandiri, jatuh bangun selama lebih dari tiga tahun. Edi menuai hasil dari usahanya. Saat ini peternakannya memiliki empat kandang. Satu kandang pembesaran, dua kandang produksi, dan satu dipersiakan untuk pengembangan usahanya lebih besar. Kabarnya, kandang yang terakhir mampu menampung 750 sampai 1000 ekor ayam petelur siap produksi. Bisa dibayangkan bagaimana ke depannya.

Dengan penanganan yang tepat, ayam petelur yang kini berjumlah 900-an ekor mampu menghasilkan 26-28 piring setiap hari. Jika dirata-rata secara bersih, peternakannya mampu menghasilkan keuntungan 10-12 juta rupiah setiap bulannya. Belum termasuk penjualan ayam apkirnya.
Masa apkir ayam petelur idealnya 21-24 bulan, waktu di mana ayam tidak bisa menghasilkan telur lagi. Setelah tidak produktif ayam akan dijual untuk dikonsumsi dagingnya. Harga satu ekor ayam bisa mencapai Rp 75.000 untuk setiap ekornya. Bisa ditaksir berapa penghasilannya jika ayam apkirnya mencapai 1000-3000 ekor.

Baca Juga :  Kementerian Pasang Layar Iklan Produk Pariwisata NTB

Ayam dengan jumlah 3.000-5.000 ekor berani ditargetkan Edi kurang dari 12 bulan. Edi sudah mafhum benar dengan ayam petelur, ilmunya sudah mumpuni untuk berani menargetkan. Setiap empat bulan sekali, ayamnya akan terus meningkat, tentu penghasilannya dari telur dan ayam apkir juga akan meningkat.

Bukan tentang usaha apa, hal yang harus diambil dari Edi ialah tentang kegigihan, kemauan, bagaimana investasinya, juga terus percaya. Berani memutusakan, karena sadar produksi tambang tidak akan selamanya. Suatu saat ketika tambang sudah tidak berproduksi lagi. Dia berharap masyarakat siap memiliki asetnya sendiri untuk dikembangkan. Untuk yang secara khusus ingin belajar ayam petelur, laki-laki bujang ini tidak akan sungkan membaginya. Semoga nanti dikelurahan Jawa dan masyarakat secara umum, dapat belajar dari keberanian Edi melangkah. (AWIN AZHARI/Foto: AWIN A.)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *