Tugas Besar Mahasiswa KKN/KKP
Tugas besar senantiasa menanti mahasiswa Ketika menjadi peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN). Tugas itu berupa menciptakan inovasi sebagai terobosan atas program pembangunan di desa.
Inovasi terhadap program pembangunan di desa menjadi hal yang mutlak dimiliki setiap kelompok mahasiswa pada pelaksanaan KKN. (Sebagian kampus menamai dengan nama Kuliah Kerja Pertisipatif atau KKP). Pembaruan terhadap program pembangunan yang telah ada atau upaya meningkatkan potensi hasil bumi di desa untuk peningkatan ekonomi keluarga. Yang kedua, contohnya, panen pisang di desa. Pisang tidak selamanya dibuat menjadi pisang goreng. Melainkan bisa dibuat keripik pisang atau kolak pisang. Seterusnya, kulit pusing tidak dibuang begitu saja. Tetapi, menjadi pakan ternak atau serat bahan baku kerajinan tangan, seperti serat daun nanas yang menjadi benang pembuat baju, topi, taplak meja. (Contoh, Aisyah Odist, pendiri Bank Sampah NTB Mandiri di Kota Mataram).
Apa yang dilakukan Aisyah, kita yakini hanya sebagian kecil dari sebuah inovasi. Kita tahu, cukup banyak buah-buahan lainnya, yang kulit, daging, dan bijinya bisa menjadi bahan baku makanan dan minuman. Dulu, buah mete hanya diambil bijinya. Biji jambu mete yang bergizi, setelah dikeringkan biasanya digoreng-dimakan sebagai camilan. Daging buahnya lantas dibuang. Belakangan, menjadi bahan baku sirup. Kalau pun masuk kategori reject tidak lantas langsung dibuang. Namun, masih bisa tetap benilai jual, yakni menjadi selai, dodol, dan serbuk jambu mete.
Satu lagi yang sedang tren, yakni inovasi di bidang kemasyarakatan dalam mengupayakan produk Usaha, Mikro, Kecil, Menengah, (UMKM) menjadi berdaya saing lewat pemilihan nama produk yang unik, segementasi produk, serta daya tahan produk. Berkaca pada daya kritis konsumen terhadap bahan baku produk. Dengan demikian, hanya produk UMKM yang terpercaya yang mendapat perhatian Konsumen. Di sinilah berlaku sertifikat halal dan nomor registrasi produk-izin Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan.
Ada pula, inovasi dalam KKN/KKP menyangkut isu global. Semisal, literasi keuangan digital. Literasi keuangan digital yang tidak sampai ke masyarakat desa berpotensi menimbulkan praktik penipuan. Nyatanya, sudah cukup banyak masyarakat desa yang terayu dan tertipu oleh pinjol illegal (pinjaman online). Padahal Perwakilan Bank Indonesia di tiap-tiap provinsi terus mengencarkan literasi keuangan digital lewat berbagai forum.
Tiga contoh di atas, menunjukan bahwa inovasi yang mengarah pada sosialisasi program pembangunan sangat urgen untuk dibenahi di desa. Lewat penjabaran yang sederhana, tentu akan cepat mudah diterima masyarakat. Sebaliknya, dengan penggunaan bahasa-bahasa yang rumit, akan menyulitkan warga. Apalagi angka partisipasi satuan bidang Pendidikan di desa masih tergolong rendah. Di sini, pemlihan kalimat, serta analogi yang tepat, adalah kemampuan mahasiswa selama KKN/KKP.
Mahasiswa peserta KKN/KKP diyakini mampu memainkan peran sebagai juru bicara yang luas dan luwes. Luas pemahamannya, dan luwes tutur katanya. Oleh karena telah digembleng di dalam kawah candradimuka lebih dari 4 semester tentang metodologi. Guna mengentaskan kendala dan hambatan sosialisasi program pembangunan yang mungkin bersumber dari masyarakat atau dari institusi pemerintahan. Dan, waktu 40 hari adalah waktu yang cukup untuk mencoba memperbaharui pola pembedayaan masyarakat. Harapannya, menemukan praktik terbaik (best practice)
Akhirulkalam, peran mahasiswa peserta KKN/KKP sangat strategis. Melalui tema besar KKN/KKP yang berbeda setiap tahunnya membawa mahasiswa pada contoh konkrit relasi mahasiswa dengan masyarakat. Mahasiswa sebagai agen perubahan di tengah masyarakat. Kehadirannya selalu dinanti untuk membawa perubahan. Pun melalui dialog, dan selalu mau belajar dari masyarakat membawa mahasiswa pada identitas yang paling fundamen, yakni tanya-bertanya. Bagaimana?
Penulis: Kontributor.