HeadlinesKPI

Drama Tahun Politik dan Stres Pemilu 2024?

Oleh Amirul Mukminin, Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Mataram. NIM 210301021.

SAAT INI kita sudah memasuki tahun politik. Tanda-tanda tahun politik adalah warna pakaian yang Anda pakai diperhatikan orang lain dan dihubungkan dengan dukungan politik. Hijau, kuning, merah, biru, dan putih bukan lagi sederetan simbol warna melainkan identitas yang sangat politis. Di tahun politik warna sudah tidak netral lagi. Peci dan sandal sekalipun akan dianggap gambaran keberpihakan Anda pada sosok tertentu. Lontaran kata-kata atau tulisan yang keluar dari mulut banyak orang, lebih-lebih yang keluar dari tokoh tertentu, dihubung-hubungkan dengan dukung-mendukung. Kritikan orang pada sosok tertentu (sekalipun benar) pasti dicurigai beragenda politis.

Di tahun politik eskalasi konflik akan meningkat, baik skala luas maupun terbatas. Akan banyak pasangan suami-istri yang sering bertengkar politik, selain bertengkar urusan sembako, yang ikut mewarnai pertengkaran antarpendukung calon atau partai. Pertengkaran anak dan orang tua bukan mustahil akan sering terjadi. Hati-hati! Tahun politik bagaikan api dalam sekam. Saat ini kita sudah memasuki tahun politik. Jumlah “orang saleh” akan meningkat fantastis di tahun politik. Rumah ibadah akan banyak didatangi para kontestan politik. Jumlah orang yang memesan untuk diberi waktu bisa datang ke tempat pengajian atau tempat ibadah lain akan meningkat. Begitu juga akan banyak orang yang mendadak jadi wong cilik. Jangan kaget, Anda akan sering didatangi orang yang menenteng sembako dan kaos “berwarna” dengan senyum manis dan penuh keramahan.

Biasanya, jasa paranormal akan menggeliat di tahun politik. Paranormal akan banyak dikunjungi caleg yang berharap mujur, terutama paranormal yang rajin promosi lewat brosur dan pamplet. Jasa lembaga survei di tahun politik ini kadang tergeser oleh jasa “perdukunan”. Dibanding datang ke lembaga survei jumlah orang yang datang ke tempat perdukunan untuk mencari kemujuran politik lebih meningkat.
Dunia usaha juga akan terkena imbas. Perusahaan percetakan akan mengalami peningkatan pesanan, seiring dengan risiko “macet bayar” dari para pemesan. Di tahun politik korban paling tragis adalah penerbit dan toko buku, yang harus siap banyak “melamun” dibanding sibuk melayani pembeli. Masyarakat akan lebih banyak memelototi televisi dan media sosial dibanding berkunjung ke toko-toko buku. Semakin membuat penderitaan pedagang buku.

Baca Juga :  FEBI Kenalkan Produk Mahasiswa Melalui Festival FEBI

Jumlah orang bangkrut akan cukup fenomenal di tahun politik, karena biaya politik yang tinggi, sementara persaingan sangat ketat. Ini membahayakan keutuhan rumah tangga. Bisa jadi akan banyak suami isteri yang bubar, karena bukan mustahil akan banyak orang yang jatuh pada kubangan hutang biaya kampanye.
Di tahun politik para penegak hukum cukup kesulitan dalam bertindak. Sebab, tindakan hukumnya akan dituding bermotif politis. Tangkap tangan koruptor akan susah dilakukan karena sangat sensitif. Tudingan yang akan muncul, ada agenda menjatuhkan orang atau partai tertentu.

Tulisan saya ini, sepertinya, menyeramkan sekali dan mengundang pesimistis, terutama bagi para caleg dan pengurus partai. Saya tidak bermaksud menjatuhkan semangat Anda yang sedang getol memperkenalkan diri kepada masyarakat agar dipilih nanti. Saya hanya mengingatkan kepada Anda agar banyak taktik, supaya tidak tergilas oleh roda tahun politik. Tahun politik sangar sekali dan bisa melabrak siapa saja.

Bagi para caleg, persiapkan mental untuk menghadapi tahun politik, walaupun menyiapkan uang untuk biaya kampanye harus lebih serius lagi. Kalah atau menang merupakan risiko yang akan dihadapi siapa saja yang nyaleg, walaupun saya yakin bahwa para caleg lebih siap menang daripada kalah.

Di samping hiruk-pikuk politik yang menyeramkan tadi, apatisme politik pun diperkirakan menyeruak di kalangan masyarakat. Apatisme dipicu oleh perilaku korup para politikus dan pejabat publik, yang beberapa pelakunya tertangkap basah. Apatisme tidak akan kurang fenomenal dibanding kejadian-kejadian sosial yang mewarnai tahun politik. Walaupun percakapan politik banyak menghiasi bibir masyarakat di tahun politik, tampaknya tidak akan sebanding lurus dengan keterlibatan mereka dalam mencoblos. Golput diperkirakan masih cukup tinggi dalam pemilu nanti. Apatisme merupakan ancaman bagi partai-partai politik. Partai politik yang tidak memiliki kader militan akan kena dampak apatisme. Lain halnya partai-partai yang memiliki kader militan, mereka akan mendulang keuntungan dari gejala apatisme di tahun politik. Paling tidak, mereka masih akan punya wakil di parlemen.

Tahun politik meningkatkan kekhawatiran dan kecemasan banyak orang. Pemilik rumah atau toko di pinggir jalan sering dilanda kecemasan. Takut-takut terjadi kerusuhan dan perusakan oleh peserta pawai partai politik yang kurang “beradab”. Pemilik toko di pinggir jalan lebih banyak khawatir dijarah orang, sehingga buka tutup kadang sering terjadi. Pemilik kendaraan bermotor dilanda kecemasan berlalu lintas. Para petugas keamanan juga dihantui rasa kekhawatiran, karena diperkirakan tingkat gangguan keamanan dan pelanggaran lalu-lintas akan naik jumlahnya.

Baca Juga :  Bakti Sosial Mahasiswa Prodi KPI UIN Mataram di Bonder Lombok Tengah

Dari mulai sekarang perang urat syaraf politik akan terus berkobar, bahkan menghiasi berita 24 jam. Media sosial akan terjejali broadcast politik, baik yang isinya benar, setengah benar, palsu, dan setengah palsu. Semua itu akan mendongkrak tingkat stres dan meningkatkan aura ketidaksukaan yang bisa mengganggu hubungan erat banyak orang.

Gangguan stres pemilu akan semakin nyata akibat ketidakpastian siapa yang akan mendapatkan suara pemilih nanti. Liputan dan debat media akan melengkapi kegelisahan yang terus-menerus melanda rumah, tempat kerja, tempat belajar, dan bahkan rumah ibadah. Ditambah kekhawatiran tentang bagaimana hasil pemilu nanti akan mempengaruhi pada kesejahteraan hidup kita. Lengkap sudah beban psikologis warga.

Untuk beberapa bulan ke depan kita akan dihadapkan dengan saat-saat penuh ketegangan. Bahkan, kondisi ketidakpastian yang hebat karena keberpihakan kita akan semakin mempengaruhi kondisi stress pemilu. Ini ancaman beban psikologis yang mungkin semakin meningkat dan menghinggapi kita, sambil tetap terlibat dalam proses penting ini.

Tahun politik merupakan tahun penuh ketegangan. Jumlah orang yang masuk ke rumah sakit akan meningkat. Para psikiater dan rumah sakit jiwa akan mengalami kenaikan jumlah pasien. Jumlah orang stres akan semakin bertambah, lebih-lebih setelah hari-H politik, akibat kekalahan dalam pertarungan memperebutkan suara masyarakat.

Lalu, apakah pascapemilu nanti kita akan terbebas dari tekanan stres pemilu? Belum tentu. Untuk beberapa waktu (mudah-mudahan tidak selamanya) kita masih akan dikepung oleh perdebatan di media arus utama, blog, dan media sosial yang terkadang terasa sebagai pengepungan tanpa akhir.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *