KPI

Harga Tomat Naik di Mataram, Petani dan Konsumen Terdampak

Radio Sinfoni, Mataram: Kondisi Mei 2024 menunjukan, harga tomat di pasar tradisional Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa minggu terakhir. Kenaikan ini mempengaruhi baik petani yang memproduksi tomat maupun konsumen yang harus membelinya dengan harga lebih tinggi.

Di pasar-pasar tradisional seperti Pasar Kebon Roek dan Pasar Pagesangan, harga tomat yang biasanya berada di kisaran Rp 10.000 per kilogram kini melonjak hingga Rp 20.000 per kilogram. Kenaikan harga ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk cuaca ekstrem, peningkatan biaya produksi, dan distribusi yang terganggu.

 

Dampak Cuaca Ekstrem

Salah satu penyebab utama kenaikan harga tomat adalah cuaca ekstrem yang melanda wilayah Mataram dan sekitarnya. Beberapa petani tomat di daerah Lingsar dan Gunungsari melaporkan bahwa hujan deras yang berkepanjangan menyebabkan tanaman tomat mereka rusak. Genangan air dan kelembapan tinggi membuat tanaman rentan terhadap penyakit dan hama, sehingga hasil panen menurun drastis.

Salah seorang petani, Ahmad Saifuddin, mengungkapkan bahwa hasil panennya berkurang hingga 50% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. “Kami mengalami kerugian besar. Banyak tomat yang membusuk di kebun sebelum sempat dipanen,” katanya. Ahmad berharap cuaca segera membaik agar produksi tomat kembali normal.

 

Peningkatan Biaya Produksi

Selain cuaca, peningkatan biaya produksi juga berkontribusi pada kenaikan harga tomat. Harga pupuk dan pestisida mengalami kenaikan akibat inflasi dan kebijakan pemerintah yang membatasi impor bahan-bahan kimia pertanian. Biaya tenaga kerja pun meningkat seiring dengan naiknya upah minimum regional.

Baca Juga :  Tim Monev Kemenkominfo ke Radio Sinfoni

Petani lain, Siti Nurhayati, menjelaskan bahwa biaya produksi tomat naik hampir dua kali lipat. “Kami harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli pupuk dan pestisida. Belum lagi biaya tenaga kerja yang juga naik. Semua ini membuat harga tomat di pasar ikut naik,” ujarnya.

 

Distribusi yang Terganggu

Masalah distribusi juga mempengaruhi harga tomat di Mataram. Jalan-jalan utama yang menghubungkan daerah-daerah penghasil tomat dengan pasar-pasar di kota mengalami kerusakan akibat banjir. Pengangkutan tomat dari kebun ke pasar menjadi lebih sulit dan memakan waktu lebih lama, yang pada gilirannya meningkatkan biaya distribusi.

Seorang pedagang di Pasar Kebon Roek, Ibu Wati, menyebutkan bahwa pasokan tomat dari petani sering terlambat datang. “Seringkali tomat datang dalam kondisi yang sudah tidak segar karena perjalanan yang lama. Kami harus menyesuaikan harga jual agar tetap bisa untung,” katanya.

 

Dampak pada Konsumen

Kenaikan harga tomat tentu berdampak pada konsumen. Bagi masyarakat Mataram, tomat merupakan bahan pokok yang sering digunakan dalam berbagai masakan. Dengan harga yang melonjak, banyak konsumen mengeluhkan anggaran belanja mereka yang membengkak.

Seorang ibu rumah tangga, Rina, mengaku terpaksa mengurangi pembelian tomat karena harganya yang mahal. “Biasanya saya beli 2 kilogram tomat setiap minggu, tapi sekarang Cuma bisa beli 1 kilogram. Kami harus pintar-pintar mengatur pengeluaran,” ungkapnya.

 

Upaya Mengatasi Kenaikan Harga

Pemerintah daerah Mataram telah mengidentifikasi masalah ini dan berencana untuk mengambil langkah-langkah guna mengatasinya. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan setempat bekerja sama dengan para petani untuk memberikan bantuan teknis dalam mengatasi hama dan penyakit tanaman. Selain itu, pemerintah juga berupaya memperbaiki infrastruktur jalan yang rusak agar distribusi tomat bisa kembali lancar.

Baca Juga :  Kuliah Tamu Komunikasi Pariwisata KPI UIN Mataram

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Mataram, Hendra Wijaya, menyatakan bahwa pihaknya terus memantau situasi dan berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk menstabilkan harga tomat. “Kami berharap dengan langkah-langkah yang diambil, harga tomat bisa segera turun dan stabil kembali,” ujarnya.

 

Kesimpulan

Kenaikan harga tomat di Mataram memberikan dampak signifikan baik bagi petani maupun konsumen. Faktor cuaca ekstrem, peningkatan biaya produksi, dan distribusi yang terganggu menjadi penyebab utama kenaikan ini. Dengan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan kerja sama dengan para petani, diharapkan harga tomat dapat kembali stabil dan terjangkaubagi masyarakat.

 

Penulis: Nurbaiti, Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Mataram

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *