HeadlinesUINMA

Riset Gender di International Conference on Gensia

RADIO SINFONI, Mataram – International Conference On Gensia, menjadi sarana para akademisi atau pegiat gender untuk meneliti dan mendiskusikan mengenai isu gender, sosial inklusi dan anak, terutama LP2M UIN Mataram yang menjadi panitia konferensi, bertempat di Hotel Grand Legi, Pagesangan Timur, Kota Mataram, NTB, pada Rabu (16/10/2024).

Kegiatan tersebut bertujuan untuk memaparkan hasil riset tentang isu gender sehingga bisa di aplikasikan pada kalangan akademisi yang lebih luas guna melawan masalah krisis pengetahuan tentang isu gender. Kegiatan tersebut dihadiri oleh 194 peserta conference daring dan luring, membahas tiga materi yang mencakup “Sex Differnces in Islam Their Social Consequences” oleh Dr. Jan A. Ali., “Gender Justice Through Human Rights: Deploying Indonesia’s Cultural Assets”, oleh Siti Nurjannah, M.A., dan “Feminism and Women’s Studies as A Necessary Component in the Study of Contemporary Islam”, oleh Prof. Farish A. Noor. Serta presentasi dua paper terpilih oleh peserta.

Kasubtim Pengabdian Pada Masyarakat Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Dirjen Pendis Kementerian Agama RI, Dr. Amiruddin Kuba, S.Ag., MA., CWC., mengatakan meskipun dominan perempuan pada Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), pada perguruan tinggi, tetapi kegiatan riset terkait dengan gender harus di lakukan oleh laki-laki maupun perempuan.

Baca Juga :  Talkshow Refreshment Menuju Sukses Akademik Versi Perempuan

“Jangan sampai penggiat PSGA yang dominan perempuan menyebabkan paham esensial terhadap laki-laki tentang isu gender di normalisasikan, jadi setiap orang harus diberikan ruang yang sama bahwa laki-laki juga merupakan pegiat gender yang harus di kelola,” katanya.

Lebih lanjut, Amiruddin berharap bahwa seluruh PTKIN dan PTKIS harus menerapkan langkah-langkah penanganan terkait isu gender dan anak khususnya kekerasan seksual.

“UIN Mataram sudah menjadi tuan rumah, yang kami harapkan adalah semua kampus harus memiliki satgas khusus yang menangani kekerasan seksual terhadap isu gender dan anak,” pungkasnya.

Kasubtim Penelitian dan Pengelolaan Hak Kekayaan Intelektual, Abdul Basit mengatakan bahwa PSGA dari seluruh PTKIN dan PTKIS di Indonesia tidak hanya mengembangkan isu gender dalam ruang lingkup internal akan tetapi dalam ruang eksternal.

“Kami berharap seluruh kampus bisa mengkaji isu gender dan anak baik dalam skala lokal, nasional maupun internasional,” ujarnya.

Terakhir, Kasubtim Publikas, Zidal Huda, S.Ag, MH., mengatakan bahwa tentunya dari hasil penelitian para pegiat gender dan anak dapat memberikan impact besar dalam menguatkan diskursus gender di berbagai kampus.

Baca Juga :  Pertanian dan Perkebunan, Arsitektur dan Bentang Alam Tema News Reporting Radio 2023 (1 – Bersambung)

“Kitakan masuk sebagai Perguruan Tinggi Responsif Gender (PTRG), jadi sangat berdampak sekali jika riset yang dilakukan pegiat gender di berbagai kampus PTKI di Indonesia dengan adanya seminar ini,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *