Menuju Angka Putus Sekolah Nol di Desa Sukadana
RADIO SINFONI, Lombok Utara — MI Miftahul Ulum De Koning School dulunya tidak seperti sekarang. Untuk mendapatkan guru saja harus mencari siapa yang berkinginan mengajar di kelas. Wajar, karena sekolah swasta sangat bergantung pada kemampuan Yayasan. Maju tidaknya manajemen Yayasan menentukan nasib sekolah ke depan.
Walau berdiri sederhana, Madarsah Ibtidaiyah Miftahul Ulum De Koning School tetap eksis hingga sekarang. Saat ini Miftahul Ulum memiliki 50 orang siswa kelas satu hingga kelas enam. Tujuan dari sekolah ini adalah memutus angka putus sekolah menjadi nol.
Guru honorer di De Koning School Mulyani, S. Pd., mengatakan, tahun 90an cukup banyak siswa putus sekolah di Desa Sukadana. Sebab akses sekolah yang jauh dari dalam desa. Sehingga muncul inisiatif kepala sekolah untuk mendiri sekolah di dalam desa. Mulyani pun menjadi Angkatan siswa putus sekolah saat itu.
Mulyani menyatakan, semangat anak-anak di Desa Sukadana untuk meneruskan sekolah kini cukup tinggi. Mulyai pun mengajar bersama suaminya di MI Miftahul Ulum De Koning School. Sedangkan guru yang lain berasal dari luar dusun.
Desa Sukadana merupakan desa yang terletak di kaki gunung Rinjani. Desa ini terletak didaerah yang cukup jauh dari perkotaan. Dengan jaraknya yang cukup jauh fasilitas-fasilitas umumpun terbilang kurang di daerah ini. Beberapa anakpun menempuh perjalanan yang cukup jauh untuk melanjutkan pendidikan.
Antara 1997-1998 berdirilah sebuah madrasah MI Miftahul Ulum De Koning School. Sekolah ini merupakan madrasah pertama yang dibangun dari bantuan wistawan Belanda. Tak heran nama dari sekolah di diambil dari nama sebuah kerajaan Belanda, yakni De Koning School. Dari sinilah anak-anak dari desa suka dana memiliki cahaya terang untuk melanjutkan pendidikannya.